Sumber: inside-rge.com
Membangun bisnis dari nol jelas bukan perkara mudah. Butuh
modal yang tidak sedikit, kerja keras dan kesabaran. Tiga modal tersebut selalu
melekat dalam diri setiap pengusaha besar. Ketiga hal tersebut juga dapat
dijumpai dalam diri seorang Sukanto
Tanoto saat mendirikan kerajaan bisnisnya, Royal Golden Eagle.
Saat ini, grup bisnis Royal Golden Eagle yang didirikan oleh
Sukanto Tanoto memang dikenal
sebagai salah satu grup bisnis terbesar di Indonesia. Di panggung dunia, unit
bisnis RGE juga memiliki reputasi yang cukup disegani. Sebut saja seperti APRIL
Group, Asian Agri, Apical, Sateri hingga Pacific Oil & Gas. Meski demikian,
semua pencapaian itu berhasil diraih Sukanto Tanoto setahap demi setahap.
Putus Sekolah Demi Menjalankan Bisnis Keluarga
Lahir dari sepasang imigran asal Putien, Provinsi Fujian,
Tiongkok membuat Sukanto Tanoto
tidak begitu fasih berbahasa Indonesia. Sekolah berbahasa Mandarin tempat ia
mengenyam bangku pendidikan juga tidak mengajarkan Sukanto Tanoto bahasa
Indonesia. Ia belajar bahasa Indonesia justru secara informal atau dari
pergaulan.
Perjalanan bisnis Sukanto
Tanoto dalam membangun bisnisnya dimulai sejak ia masih sangat belia. Pada
tahun 1966, sebelum menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atasnya, Sukanto
Tanoto muda memutuskan untuk keluar sekolah demi membantu ayahnya menjalankan
bisnis keluarga.
Sukanto Tanoto memang merupakan anak tertua dalam
keluarganya. Ia merasa memiliki tanggung jawab untuk meneruskan bisnis yang
telah dirintis oleh sang ayah.
Pada saat itu, ayah Sukanto Tanoto memang sudah memiliki 3
perusahaan yang bergerak dalam bisnis jual beli. Berawal dari bisnis inilah,
Sukanto Tanoto menemukan jalan untuk mengembangkan kerajaan bisnisnya sendiri
yang kini kita kenal dengan nama Royal Golden Eagle.
Mendirikan Bisnis Sendiri dan Mengembangkannya
Bisnis jual beli yang dibangun oleh sang ayah kemudian
dilanjutkan oleh Sukanto Tanoto.
Namun tidak sekedar melanjutkan perusahaan yang diwarisi, ia juga mulai membangun
bisnisnya sendiri. Proses membangun bisnis mandiri ini dilakukan Sukanto Tanoto
secara bertahap.
Pada saat itu, bisnis yang ia jalankan masih terbatas pada
bisnis jual beli. Secara perlahan, ia mulai merambah ke bisnis lain dan
membangun pipa gas untuk perusahaan multinasional. Dipicu oleh krisis minyak
yang terjadi di timur tengah, bisnis ini pun semakin melesat pada tahun 1972.
Pada tahun 1973, Sukanto
Tanoto mulai merambah bisnis lain. Pada saat itu, ia mulai memasuki industri
kayu lapis. Bisnis ini juga terus berkembang berkat kerja keras dan reputasinya
yang baik. Tidak berhenti di situ saja, Sukanto Tanoto terus mengembangkan
bisnisnya ke berbagai sektor industri.
Kembali Mengenyam Bangku Pendidikan Demi Menjangkau Pasar Global
Bisnis energi dan kayu lapis yang dijalankan oleh Sukanto Tanoto menuai kesuksesan besar.
Ia pun kembali melanjutkan pengembangan bisnisnya dan mulai memasuki industri
berikutnya, yakni kelapa sawit. Dalam bisnis kelapa sawit, Sukanto Tanoto
bahkan membangun pabrik yang terintegrasi mulai dari perkebunan hingga kilang
penyulingan.
Pada tahun 1994, unit bisnisnya yang lain, yakni APRIL Group
mulai berdiri. Bisnis yang bergerak dalam industri pulp dan kertas ini juga
berkembang dengan sangat cepat. Namun pencapaian tersebut membuat Sukanto
Tanoto tersadar. Pada titik ini, ia tidak akan bisa melangkah lebih jauh lagi
tanpa memiliki pendidikan yang cukup.
Demi menjangkau pasar global, Sukanto Tanoto kembali ke bangku pendidikan. Ia melanjutkan
pendidikannya dan mengikuti kursus di INSEAD, Wharton, Harvard dan Carnegie
Mellon.
Selama membangun bisnis, banyak ujian yang harus dihadapi Sukanto Tanoto. Pada krisis
finansial yang melanda Asia dan Indonesia, ia sempat terlilit hutang dalam
jumlah yang begitu besar, bahkan terpaksa menutup salah satu perusahaannya.
Meski demikian, ia tidak pernah menyerah dan terus bekerja keras. Itulah yang
membuatnya bisa bertahan hingga menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar